Sabtu, 01 Juni 2013

my photos


III. PEMELIHARAAN BIBIT TEMBAKAU

              Pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan,penjarangan mulsa, penyiangan, penjarangan tanaman, pengendalian hama dan penyakit danseleksi bibit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan secara intensif untuk memperolehpertumbuhan bibit yang baik.  Waktu dan volume penyiraman pada pembibitan seperti tertera pada tabel berikut :
WAKTU DAN VOLUME PENYIRAMAN
PADA PEMBIBITAN TEMBAKAU
Keterangan : HSS = Hari Setelah Sebar 
           Pemupukan bedengan semai dilakukan 3-4 hari sebelum penaburan benih. Dosis pemupukan adalah 35 g ZA, 100 g SP-36 dan 20 g ZK per m2 bedengan. Atau dapat digunakan pupuk majemuk NPK dengan dosis 0.1 ± 1 kg/m2 bedengan. Pupuk ditabur merata di atas bedengan dan dicampur dengan lapisan tanah atas.

             Penjarangan bibit (reseting) perlu dilakukan untuk menghindari kelembaban yangberlebihan karena bibit terlalu padat yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah kecambah atau lanas. Disampig itu penjarangan juga diperlukan agar bibit tidak mengalami etiolasi dan tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga bibit tumbuh dengan vigor seragam. Reseting dilakukan pada umur 21 hari. Seleksi bibit dilakukan tiga kali yaitu pada umur 10 ± 13 hari, 20 ± 23 hari dan 33 hari. Bibit siap salur memiliki kriteria umur 38 ± 40 hari, tinggi bibit 10 ± 12 cm, diameter batang 0,8± 1 cm, jumlah daun 5 -6 lembar, warna daun hijau dan tanaman sehat. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi atau sore hari dengan menyiram bedengan sebelumnya. 

                
                 
 

II. PEMILIHAN LAHAN DAN PENGOLAHANNYA







Kegiatan pertama adalah pemilihan lahan untuk pembibitan dengan kriteria :
  • dekat dengan sumber air, 
  • tanahnya gembur subur dan mudah diolah, 
  • lahan terbuka terhadap sinar matahari, 
  • bebas dari tanaman famili Solanaseae pada pertanaman sebelumnya dan 
  • bebas dari gangguan hewan peliharaan.


            Pengolahan Tanah pesemaian bedengan dilakukan 30 ± 35 hari sebelum penaburan benih. Pengolahan tanah ini harus sudah dilakukan 70 ± 80 hari sebelum tanam agar bibit siap salur pada waktu tanam, karena umur bibit tembakau siap salur adalah 40 ± 45 hari. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan I dan pembajakan II dengan interval 1 sampai 2 minggu dan dengan kedalaman bajak 30 ± 40 cm.Bedengan dibentuk dengan arah timur barat yang berukuran lebar 1m panjang 5 m tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 75 ± 100 cm.

           Penaburan Benih dilakukan setelah bedengan semai siap tanam. 
Sebelum penaburan benih dilakukan pemupukan dasar dengan dosis 0,5 ± 1 kg pupuk NPK/m2, 3 sampai 4 hari sebelum sebar. Benih tembakau dapat disebar di bedengan dengan perendaman atau tanparendaman sebelumnya. Perendaman benih dapat dilakukan selama 48 jam sebelum sebar. Penaburan benih dapat dilakukan dengan gembor berisi air ditambah sabun sebagai pendispersi agar benih tidak mengumpul. Penyebaran benih tanpa perendaman dapat dilakukan dengan mencampur benih dengan abu atau pasir halus agar merata.

               Pembibitan perlu diberi naungan untuk melindungi benih dari cahaya matahari konstruksi atap naungan terbuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran memanjang sepanjang bedengan.Naungan dapat digunakan plastik Polyetilen berukuran 5,2 m x 1,2 m x 0,5 m. Plastik Polyotilen(atap) dapat dibuka dari pukul 07.00 sampai 10.30 pada saat bibit berumur 15 ± 20 hari, pukul07.00 ± 12.00 pada saat umur bibit 20 ± 28 hari dan satu hari penuh setelah umur bibit 28 hari.  Di atas benih perlu dihamparkan mulsa dari potongan jerami berukuran ± 25 cm. Mulsa tersebut berfungsi untuk mencegah benih berpindah pada saat penyiraman atau saat hujan, melindungi kecambah dari matahari dan mengurangi penguapan serta mencegah kerusakan permukaan bedengan.

I. PERSIAPAN BENIH TEMBAKAU

           Langkah pertama dalam pembibitan adalah mengadakan benih yang bermutu dari varietas unggul. Benih yang bermutu dan varietas unggul dapat menentukan hasil tembakau. Varietas unggul tembakau dapat diperoleh dari tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat yang unggul. Dengan telah lamanya pengembangan tembakau di Indonesia (1860), (de Jonge, 1989) maka diperkirakan Indonesia telah memiliki plasma nutfah yang besar sebagai sumber genetik untuk melakukan pemuliaan tanaman.
                 
            Benih-Benih tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50 ± 80 mg/1 000 biji atau setiap gram mengandung 13000 butir benih, dengan demikian untuk dapat menyebar secara merata diatas bedengan tidak dapat disebarkan secara langsung.  Benih yang digunakan untuk pembibitan harus dipersiapkan dari areal khusus pembibitan dan diseleksi secara tepat. Benih harus memiliki daya kecambah lebih dari 80 %. 

            Benih merupakan sarana produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat genetik dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Benih haruslah memiliki kemurnian yang tinggi tidak tercampur benih rusak, kotoran ataupun biji gulma, daya kecambah di atas 80 % dan bebas hama dan penyakit.  Dengan demikian, untuk pengadaan - benih harus diseleksi dari pohon induk ataupun proses pemuliaan yang benar serta teknologi produksi benih yang memenuhi standar sehingga diperoleh benih unggul dan bermutu.

         Untuk pengadaan benih tersebut diperlukan sarana prasarana yang memadai serta sumber daya manusia yang memahami pemuliaan dan produksi benih. Untuk itu pengadaan benih haruslah dikelola secara profesional baik oleh instansi terkait (seperti Balitas Malang dan Badan Penangkar Benih) dan swasta yang berkecimpung dalam industri tembakau. 

         Sebagai contoh kasus, Balitas Malang telah menghasilkan beberapa varietas unggul tembakau beserta sistem produksi benihnya. Hasil dari benih ini adalah : keseragaman tanaman, vigor tanaman tinggi yang diawali oleh daya kecambah yang tinggi.  Sedangkan contoh kasus petani Temanggung yangmenggunakan benih hasil panen sendiri terdapat banyak kelemahan seperti daya kecambah serta produksi yang rendah.

                 Untuk mengatasi masalah itu, sekarang tidak perlu adanya benih tembakau secara langsung akn tetapi berkat teknologi yang semakin berkembang dapat ditemukan inovasi yaitu menggunakan benih berbentuk pillen. 
             Benih  pillen adalah rekayasa teknologi pembalutan benih sebar (coating seed) tembakau dengan memakai komposisi media tertentu. Dimana benih tembakau memiliki diameter 0,04 milimeter. Dengan benih pillen ini, satu benih terbungkus dan menjadi diameter 2 milimeter. Kemudian benih pillen tersebut ditanam pada sebuah poli bag.

"Uji coba penggantian komposisi benih pillen telah diaplikasi massal pada tahun 2012 dan hasilnya pekecambahan bisa mencapai 95 persen.

      Saya memaparkan tujuan penggunaan benih pillen tidak lain untuk memudahkan dalam penyebaran benih tembakau, efisiensi penggunaan benih murni tembakau. Selain itu juga memudahkan dalam seleksi bibit, aplikasi peracunan, dan pola siram.
    
Meminimalkan bibit stagnasi setelah pindah tanam karena akar tidak putus dikarenakan tidak adanya proses pencabutan. Benih pillen yang ditanam di polibag usia 40 hari langsung dipindah ke kebun.
Selain itu juga bisa diperoleh bibit yang seragam, sehat dan layak tanam. Serta bisa didapatkan sistem pembibitan yang murah, sederhana dan aplikatif.